BORE UP!
Yeah, kenapa dipikir pusing, A.Graham Bell selalu bilang dalam bukunya four stroke engine performance tuning, BORE UP
adalah hal termudah meningkatkan tenaga, kelebihan 8 milimeter ekstra
luasan piston scorpio bisa dimanfaatkan memompa dapur pacu mesin.
Mengandalkan stroke standard motor, sanggup mendongkrak kapasitas
silinder menjadi 187 cc.
Penambahan 27 % kapasitas silinder belum tentu membawa tambahan
tenaga dengan prosentase sama jika tanpa diimbangi modifikasi sempurna
dan perhitungan cermat. Tapi setidaknya kita sudah ada modal menuju
motor kencang! So kenapa ragu…
KOMPRESI
Mengapa motor standard bisa awet bertahun-tahun, sebaliknya motor
balap race / drag umur nya dapat dihitung dalam jam kerja? Jawabannya
hanya satu , KOMPRESI. Kompresi adalah sumber utama penghasil tenaga,
namun juga sumber perusak durabilitas mesin. Mengapa? Kamu kira
pabrikan honda, suzuki, yamaha itu membuat motor di Indonesia untuk
balapan, bukan! Hanya untuk harian dan jalan-jalan ke pasar. Oleh
karenanya kebanyakan memiliki kompresi antara 9 – 10 : 1, rendah banget.
Kebetulan FU dengan karakter sport memiliki kompresi 10.5 : 1. Makanya
sejak lahir dia sudah lebih kencang dari motor bebekmu , hehehe…
Mengukur dan menjaga kompresi tetap rendah adalah tugas engineer,
memastikan ketepatan pemilihan oktan bahan-bakar yang dipakai sesuai
modifikasi adalah kewajiban pemilik motor. Karena tantangannya harus
awet maka kompresi dinaikkan sedikit saja di angka 11 : 1. Kok bisa ?
Kapasitas melonjak kok kompresi tetap rendah? Harusnya kan minim udah 13
: 1.
Ayo sekali-kali kita belajar, bagaimana menurunkan kompresi! Hehehe…
- Penambahan paking blok cylinder : paking blok maupun paking head
berpengaruh terhadap jarak atap piston terhadap kubah, celah ini semakin
renggang maka kompresi pun semakin turun.
- Mendesain piston dengan atap cekung, seperti milik motor honda karisma, jangan yang dome terus Toh buktinya enak, motor ringan dan nafas terus hingga belasan ribu rpm.
- Melebarkan kubah ruang bakar dengan pisau tuner, ingat perbandingan
kompresi adalah pembagian antara kubah ruang bakar melawan silinder,
pembentukan ulang kubah ruang bakar sesuai volume silinder yang baru
mutlak perlu.
apalagi ya… dari cam juga bisa, nanti dulu tapi ya …
Kekuatan Porting
Konfigurasi katup inlet 22 milimeter milik fu dalam memasok bahan
bakar ke silinder dirasa cukup. – cukup maksa maksudnya hahaha… karena
sebenernya ya tidak cukup, dicukup-cukup kan karena dana nya sang empu
motor belum cukup buat bikin klep dengan lebar yang cukup hehehehe…
cukup bingung kan bacanya. Lagipula membuat klep lebar butuh waktu dan
antrian lama di proses fabrikasi / pembubutan. Bagaimana solusinya?
Meniru cylinder head honda estillo jawara milik team SMS Drag Racing
yang turun di kelas sedan 1.700 cc standard, dimana memainkan cam dan
klep adalah haram hukumnya, jadi yang diandalkan ya kompresi dan
porting, gila! Melebarkan kiri kanan porting serta fokus di bowl area adalah
jawabannya. Lebar porting dibuat 32 milimeter. Dengan melebarkan kita
berusaha menambah air flow tapi tanpa mengurangi gas speed. Kenapa?
Karena ini sebetulnya mesin maksa, klep kecil kecenderungannya
hisapannya terlalu cepat.
Berpikir ala konvergen dan divergen. Memang jika hanya portingnya
saja yang dibesarkan efeknya tidak akan se-istimewa jika klepnya
disesuaikan, repot kan. Namun karena menjaga konfigurasi mesin tetap Big Bore,
dimana dia memiliki langkah pendek cenderung piston speed lebih rendah,
mesin dirasa mampu dipacu belasan ribu RPM untuk mengejar kecepatan
udara dalam porting. Coba deh lihat spec motor special engine macam,
Honda CRF 250, piston 78mm stroke cuma 52mm. Yamaha Yz250f , piston 77mm
stroke cuma 54mm. Atau sang jawara drag FFA milik tim kolor ijo, KTM
250 sx-f diameter piston 76mm stroke 55mm. Semuanya pistonnya gede-gede,
stroke nya relatif jauh lebih rendah. Portingnya bagaimana hayo…?
Search di google deh… itu pedoman untuk bikin fu
Noken as gemuk
Kalau kita disuruh mempertahankan noken as standard? Bisa! Namun ya
setengah mati nyetingnya dan tenaga tidak keluar maksimal. Lagipula kita
kan punya ilmu, kenapa tidak dilakukan demi manfaat yang lebih banyak.
Nah, disini peranan noken as kerbau baru diperlukan. Ketika efisiensi
volumetrik sukar dijangkau dari konfigurasi katup, maka durasi dan
lifter noken as lebih dimainkan. Terutama durasi katup, ketika
ditunjukkan camshaft honda estillo yang dipapas 2 milimeter hanya untuk
mengejar profil, tapi ternyata cuma menambah lifter 1 milimeter, kita
sangsi mampu memberikan tenaga lebih. Namun kata cak amin, cam seperti
itu ternyata mampu memberi lebih banyak flow dibanding cam hi-lifter.
Efeknya lari kendaraan lebih nyedo0o0o0t kaya 2 tak, bukan kaya bencong
lho… ^_^
Oke, tinggal kita tiru dan sempurnakan, daripada main papas, kali ini
noken as standard fu kita babet dengan las argon setebal 2 milimeter,
kemudian digerinda ulang untuk menghasilkan lifter + 1 milimeter namun
dengan profil lebar. Dengan main las, pantat cam tidak tersentuh,
sehingga kami masih bisa memasang dekompresi cam, alias ntar kalo nyelah
ga susah. Alhasil, electric starter pun masih mudah dinyalakan, tekan
langsung greng. Celah shiem terhadap cam 0,10 milimeter inlet, 0,12
milimeter outlet. Suara cam bisa diminimalisir cuma husuk husuk husuk
gitu suaranya agak2 ngosos gitu deh hehehehe
Belum mampu membeli pir klep racing, bisa diakali dengan penambahan
ganjal ring setebal 1 milimeter dibawah pir klep inlet dan 0,7 milimeter
dibawah pir klep out. Kalau ada duit buat beli pir katup racing, pasti
kita tambahi modifikasi back cut valve, tambahan tenaga 10 % lagi bisa didapatkan. Hufffttt… emane…
SUPPORTING APPAREL
Perangkat pembantu tenaga lain adalah CDI Rextor adjustable,
karburator pe 28 milimeter, knalpot aftermarket, kampas kopling suzuki
RG150R, pir kopling TDR. Dibeli karena memang dibutuhkan. CDI itu
diperlukan untuk menaikkan pengapian di 37 derajat menjelang TMA serta
membuka limiter , sehingga ketika diumpan di 12,000 RPM mesin cepat
teriak bersambung tidak terputus pengapiannya.
Kampas kopling dan pir kopling dibeli karena bawaan standard sudah
selip menerima tenaga baru, kalau ga selip ya pake aja yang standard. PE
28 milimeter diharapkan mampu terus menyuplai tenaga di putaran
menengah ke atas, kenapa ga make karburator lebih besar? Sebenernya
pengen, tapi sang pemilik motor masih takut boros, hihihi…
Semua sudah tertata rapih, bismillahirrahmanirrahim… mesin
dinyalakan, road testing… top speed ternyata mampu menembus 150 kpj,
wow… tipuan speedometer atau sugesti? Belum asyik kalo belum dicoba
balap 800 meteran , hasilnya melibas mx 200cc, megapro 200cc 23dk tipis 2
body, bahkan melibas jauh kawasaki-zx modifan ibukota yang sudah piston
tiger klep tiger dengan topspeed 170 kpj (ternyata yang kencang
speedometernya aja) wkwkwk…
Kalau kata tuner modern, apalah arti sebuah topspeed tanpa fakta
empiris hasil modifan kamu? HOAK! Lebih baik dynotest… okeeeyy… kita
jabanin. Langsung mengangkat telf untuk menghubungi mas Adi dari Dealer
Resmi Yamaha Banyuwangi Motor, disana tersedia dynotest sportdevice dari
REXTOR, kita janjian khusus untuk menyewa alat dyno nya. Perjalanan
dari sidoarjo ke surabaya sejauh 40 kilometer, ditempuh hanya untuk
mengetahui hasil testing. Dan inilah hasilnya, Power 24 DK meruncing
hingga di puncak 11,000 RPM, Torsi besar sudah didapat di 9,000 RPM 17.5
Nm, kata mas Adi jika mampu sedikit lagi menyempurnakan jetting
karburator maka tenaga 25 dk bukan tidak mungkin mudah diraih.
Bagaimanapun, tetap patut disyukuri dari hanya modal sederhana , berbuah
kebahagiaan pemiliknya…